4. a). Pengenalan Evaluasi Empilis
b). Perancangan Exsperimen
c). Partisipasi, ERB dan Etika
d). Teknik Pengumpulan Data
JAWABAN
EVALUASI
Banyak
sudah bertebaran rumusan evaluasi yang dilayangkan oleh para ahli dan praktisi
manajemen dan evaluasi. Kita saksikan beberapa definisi evaluasi berikut:
Evaluasi adalah menilai dampak dari serangkaian kerja dan
tingkat yang sudah dicapai dalam rentang waktu tertentu. (Toolkits. A Practical
Guide to Assessment, Monitoring, Review dan Evaluation. Save the Children:
1999)
Berupaya mengukur relevansi, efisiensi dan efektivitas
program. Ia mengukur apakah atau seberapakah masukan atau layanan program telah
memperbaiki kualitas kehidupan manusia. (Bahan Bacaan Pelatihan Monitoring dan
Evaluasi, diselenggarakan oleh CSSP untuk NGO-NGO mitra CSSP-USAID di Jakarta,
2002)
Kegiatan yang dibatasi waktu, yang bertujuan untuk menilai
sesuatu hal dengan perbandingan pada serangkaian kriteria tertentu (hasil yang
diharapkan). (Herizal, Nori, dan Fatima. Manual Pemantauan dan Evaluasi. CSSP:
Agustus 2004)
4. a). PENGENALAN EVALUASI EMPIRIS
Evaluasi
Empiris yaitu melihat apa dan bagaimana konsep dan framework pelaksanaan
mitigasi bencana di provinsi dan kabupaten. Pendekatan empiris merupakan
pendekatan yang dapat digunakan untuk memperoleh data lapangan dan memetakan
strategi mitigasi bencana di beberapa tingkatan pemerintahan yang berlaku
selama ini. Hasil pemetaan ini juga akan menjadi dasar untuk memilah dan
menganalisa kegiatan mitigasi bencana di sejumlah departemen/lembaga dan
pemerintah daerah.
Pendekatan
Evaluasi Kebijakan.
Di dalam
melakukan evaluasi terhadap suatu program/kebijakan, dapat digunakan sejumlah
pendekatan yang berbeda yang tentunya akan mempengaruhi indikator yang
digunakan, antara lain :
1. Pendekatan
berdasarkan sistem nilai yang diacu.
2. Pendekatan berdasarkan dasar evaluasi.
3. Pendekatan
berdasarkan kriteria evaluasi.
1. Pendekatan
Berdasarkan Sistem Nilai yang Diacu.
Pendekatan
berdasarkan sistem nilai yang diacu ada tiga jenis, yaitu evaluasi semu,
evaluasi teori keputusan dan evaluasi formal.
a. Evaluasi Semu
(Pseudo Evaluation)
Sifat dari
Evaluasi semu ini adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter tertentu
yang secara umum disepakati (self evident) dan tidak kontroversial (uncontroversial).
Hasil evaluasinya mudah diterima oleh publik dan tidak terlalu rumit
(complicated). Penilaiannya berkisar antara gagal atau berhasil. Pseudo
evaluation ini seringkali dijadikan sebagai salah satu metode monitoring.
b. Evaluasi Teori
Keputusan (Decision Theoretic Evaluation/ DTE)
Sifat dari
DTE adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang disepakati oleh
pihak-pihak yang terkait secara langsung/pihak yang bersitegang. Sistem
nilainya juga berdasarkan kesepakatan antara pihak yang bersitegang. Biasanya
berkisar antara benar atau salah.
c. Evaluasi
Formal (Formal Evaluation)
Sifat dari
evaluasi formal adalah melakukan penilaian berdasarkan parameter yang ada pada
dokumen formal seperti tujuan dan sasaran yang tercantum dalam dokumen kebijakan rencana tata
ruang, peraturan perundang-undangan dan sebagainya.
Dalam evaluasi formal, metode yang ditempuh untuk
menghasilkan informasi yang valid dan reliable ditempuh dengan beberapa cara
antara lain:
· Merunut legislasi
(peraturan perundang-undangan);
· Merunut
kesesuaian dengan kebijakan yang tercantum pada dokumen formal yang memiliki hierarki diatasnya;
· Merunut dokumen
formal (kesesuaian dengan hasil yang diharapkan /tujuan dan sasaran); dan
· Interview dengan penyusun kebijakan atau
administrator program.
Evaluasi formal terbagi atas 2 jenis, yaitu summative
evaluation dan formative evaluation. Summative evaluation adalah upaya untuk
mengevaluasi program/kegiatan yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu,
umumnya dilakukan untuk mengetahui/mengevaluasi program/kegiatan yang relatif
sering dilakukan dan karena indikatornya
tetap/baku. Formative evaluation adalah upaya untuk mengevaluasi pelaksanaan program/kegiatan
secara kontinyu, karena merupakan program/kegiatan yang relatif baru dan
indikatornya dapat berubah-rubah.
2. Pendekatan
Berdasarkan Dasar Evaluasi
Pendekatan berdasarkan dasar evaluasi ada 6 jenis yaitu:
Before vs after comparison (pembandingan antara sebelum dan
sesudah)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk
satu komunitas yang sama dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah
adanya intervensi.
With vs without comparisons (pembandingan antara dengan atau
tanpa intervensi)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain hanya berlaku untuk lebih dari satu komunitas
(>1) dengan membandingkan antara komunitas yang diberi intervensi dengan
komunitas yang tidak diberi intervensi dalam waktu yang bersamaan.
Actual vs planned performance comparisons (pembandingan
antara kenyataan dengan rencana)
Karakteristik dari pendekatan jenis ini antara lain membandingkan antara
rencana dengan kenyataan di lapangan (sesuai atau tidak).
d. Experimental
(controlled) models
Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari perubahan
kebijakan/policy terhadap suatu kegiatan yang memiliki standar ketat. Dampaknya
dilihat dari proses dan hasil kegiatan tersebut.
Quasi experimental (uncontrolled) models
Karakteristik dari pendekatan ini adalah melihat dampak dari
perubahan kebijakan/policy terhadap
suatu kegiatan yang tidak memiliki standar tidak memiliki standar. Dampaknya
dilihat hanya berdasarkan hasilnya saja, sedangkan prosesnya diabaikan.
Efisiensi penggunaan dana (Cost Oriented Approach)
Cost
Oriented Approach terbagi tiga yaitu
ex-ante evaluation, on-going evaluation dan ex-post evaluation. Ex-ante
evaluation adalah evaluasi yang dilakukan sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan.
On-going Evaluation adalah evaluasi yang dilakukan saat kegiatan tersebut
sedang berjalan. Ex-post evaluation adalah evaluasi yang dilakukan setelah
kegiatan tersebut selesai.
3. Pendekatan Berdasarkan Kriteria Evaluasi
Pendekatan berdasarkan kriteria evaluasi terbagi atas 6
indikator, yaitu:
- Efektivitas
Penilaian
terhadap efektivitas ditujukan untuk menjawab ketepatan waktu pencapaian hasil/ tujuan. Parameternya adalah ketepatan waktu.
- Efisiensi
Penilaian
terhadap efisiensi ditujukan untuk menjawab pengorbanan yang minim (usaha
minimal) untuk mencapai hasil maksimal. Parameternya adalah biaya, rasio,
keuntungan dan manfaat.
Adequacy/ketepatan dalam menjawab masalah
Penilaian
terhadap adequacy ditujukan untuk melihat sejauh mana tingkat pencapaian
hasil dapat memecahkan masalah.
- Equity / pemerataan
Penilaian
terhadap equity ditujukan untuk melihat manfaat dan biaya dari kegiatan terdistribusi
secara proporsional untuk aktor-aktor yang terlibat.
- Responsiveness
Penilaian
terhadap responsiveness ditujukan untuk mengetahui hasil
rencana/kegiatan/kebijaksanaan sesuai dengan preferensi/keinginan dari target
grup.
- Appropriateness/ketepatgunaan
Penilaian
terhadap ketepatgunaan ditujukan untuk mengetahui
kegiatan/rencana/kebijaksanaan tersebut memberikan hasil/ keuntungan dan
manfaat kepada target grup. Standar tingkat keuntungan dan manfaat sangat
relatif sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada target grup tersebut.
b). RANCANGAN EKSPERIMEN
1). Between-Groups (Randomized)
-
Masing-masing subyek diberikan kondisi yang berbeda yakni kondisi eksperimen
dan control.
- Keuntungan perancangan ini adalah
setiap user menghasilkan satu kondisi.
-
Kerugiannya adalah dengan semakin banyak jumlah subyek yang tersedia akan
menyebabkan hasilnya akan berkurang dan perbedaan antar setiap individu
akan
membuat bias hasil. Hal ini dapat diatasi dengan memilih dengan
hati-hati subyek
yang dipilih dan menjamin setiap kelompok di masyarakat terwakili.
2). Within-Groups
-
Setiap user akan menampilkan kondisi yang berbeda.
-
Jumlah user yang tersedia lebih sedikit.
-
Pengaruh dari subyek lebih sedikit.
c). PARTISIPASI, ERD, DAN ETIKA
Implementasi metode perancangan partisiparif (participatory design)
dalam mencari kata perintah dalam Bahasa Indonesia. Untuk studi ini, kami ambil
perangkat lunak pengolah kata (word processor) sebagai contoh kasus. Skripsi
ini termasuk dalam rumpun bidang Interaksi Manusia-Komputer (IMK) atau Human
Computer Interaction (HCI). Inti dari skripsi ini adalah merancang dan membuat
sebuah perangkat lunak sebagai implementasi dari metode perancangan
partisipatif dalam mencari nama kata perintah, serta melakukan uji coba
(eksperimen). Perancangan perangkat lunak tersebut didahului dengan studi
pustaka tentang metode perancangan partisipatif, persoalan penamaan (naming
problems), serta topik-topik lain yang mendukung. Perangkat lunak yang kami
buat dinamakan Perangkat Lunak Pencarian Nama Menggunakan Perancangan
Partisipatif, atau disingkat PERAN-AKTIF. PERAN-AKTIF adalah perangkat lunak
prototipe, dikembangkan pada komputer Apple Macintosh dengan menggunakan
perangkat lunak HyperCard versi 2.1, Macromind Director versi 3.00, serta
Macromind Accelerator. PERAN-AKTIF memiliki dua tahapan kerja, yaitu pembuatan
nama (generate names) dan pengevaluasian nama (evaluated names) oleh para r
esponden yang dilibatkan. Terakhir PERAN-AKTIF diujicobakan kepada empat kelas
responden dengan mengambil penamaan pada perangkat lunak pengolah kata sebagai
contoh kasus. Dari Skripsi ini dapat dilihat bahwa persoalan penamaan pada
pembuatan perangkat lunak merupakan sebuah persoalan yang kompleks.
ERD (Entity Relationship Diagram).
ERD
merupakan suatu model untuk menjelaskan hubungan antar data dalam basis data
berdasarkan objek-objek dasar data yang mempunyai hubungan antar relasi.
ERD untuk memodelkan struktur data dan hubungan antar data,
untuk menggambarkannya digunakan beberapa notasi dan simbol. Pada dasarnya ada
tiga simbol yang digunakan, yaitu :
Entiti
Entiti
merupakan objek yang mewakili sesuatu yang nyata dan dapat dibedakan dari
sesuatu yang lain (Fathansyah, 1999: 30). Simbol dari entiti ini biasanya
digambarkan dengan persegi panjang.
Atribut
Setiap
entitas pasti mempunyai elemen yang disebut atribut yang berfungsi untuk
mendeskripsikan karakteristik dari entitas tersebut. Isi dari atribut mempunyai
sesuatu yang dapat mengidentifikasikan isi elemen satu dengan yang lain. Gambar
atribut diwakili oleh simbol elips.
Hubungan / Relasi
Hubungan
antara sejumlah entitas yang berasal dari himpunan entitas yang berbeda. Relasi
dapat digambarkan sebagai berikut :
Relasi yang terjadi diantara dua himpunan entitas (misalnya
A dan B) dalam satu basis data yaitu :
1). Satu ke satu (One to one)
Hubungan
relasi satu ke satu yaitu setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan
paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas B.
2). Satu ke banyak (One to many)
Setiap
entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada
himpunan entitas B, tetapi setiap entitas pada entitas B dapat berhubungan
dengan satu entitas pada himpunan entitas A.
3). Banyak ke banyak (Many to many)
Setiap
entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada
himpunan entitas B.
ETIKA DESKRIPTIF
Etika
deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sbagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tnatang prilaku atau siikap yang mau diambil. Etika
deskriptif merupakan penggambaran dan penelaahan secara utuh dan kritis tentang
tingkah laku moral manusia secara universal yang dapat kita temui sehari - hari
dalam kehidupan masyarakat. Cakupan analisanya berisikan sejumlah indikator -
indikator fakta actual yang terjadi secara apa adanya terhadap nilai dan
perilaku manusia dan merupakan suatu situasi dan realita budaya yang berkembang
di masyarakat. Hal hal yang berkaitan dengan adapt istiadat , kebiasaan
,anggapan – anggapan baik dan buruk tenggang sesuati hal,tindakan – tindakan
yang tidak boleh dilakukan dan boleh dilakukan oleh individu tertentu ; dalam
kebudayaan kebudayaan dan subkultur – subkultur tertentu yang terjadi dalam
suatu periode sejarah adalah merupakan kajian moralitas dalam Etika Deskriptif.
Telaah dalam Etika Deskriptif tidak memberikan interpretasi secara tajam dan
lugas, namun tidak melukiskan suatu fakta yang sedang terjadi dan berkembang
dalam suatu masyarakat tertentu. Etika Deskriptif hanya membahas dan memberikan
analisa penilaiannya atas kejadian tertentu.
Salah satu contoh etika deskriptif adalah didalam
mempelajari pendangan pandangan moral terhadap kenyataan yang terjadi di Negara
Uni Soviet yang selama ini kita kenal sebagai Negara yang menganut faham
komunis atau ateis dimana masyarakatnya begitu permisif terhadap praktek –
praktek pengguguran kandungan,namun disisi lain tontonan yang bersifat
pornografi mereka memberlakukan aturan aturan secara ketat. Dalam contoh kasus
tersebut kita menjadi paham dan mengerti tentang realita perilaku moral yang
terjadi di Uni Soviet , tapi kita tidak memberikan masalah moral. Dalam situasi
demikian , harus kita akui bahwa bagaimanapun manusia itu pada umumnya tahu
akan adanya baik dan buruk terhadap suatu hal yang tidak boleh dan boleh
dilakukan. Pengetahuan tentang baik dan buruk dalam perilaku manusia, disebut
kesadaran etis atau kesadaran moral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kesadaran moral yang sudah timbul dan berkembang adalah ungkapan kata hati.
Tindakan (moril) manusia dalam situasi yang kongkrit tertentu berhubungan dengan
kata hati yang menilai tindakan itu atas baik dan buruknya. Kata hati merupakan
pengetrapan kesadaran moral tindakan etis yang tertentu dalam segala situasi.
Selain itu contoh etika deskriptif seperti masyarakat jawa yang mengajarkan
tatakrama kepada orang yang lebih tua.
ETIKA NORMATIF
Etika
normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku
ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai
dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.Dalam perbincangan dan diskusi
– diskusi yang acapkali ditampilkan dan diugkapakan di media masa baik cetak ,
elektronik maupun virtual, kaian Etika normative yang berkaitan dengan masalah
moral maerupakan topik bahasan yang paling menarik. Berbeda dengan etika
deskriptif yang bersifat penggambaran yang melukiskan sebuah peristiwa yang
terjadi dan berkembang di masyarakat. Para ahli etika normative dalam
bahasannya tidak bertindak sebagai penonton netral saja, tetapi yang
bersangkutan melibatkan diri dengan kajian penilaian tentang perilaku manusia.
Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan individu atau kelompok masyarakat
tertentu dalam etika normatif selalu dikaitkan dengan norma – norma yang dapat
menuntun manusia untuk bertindak secara baik dan menghindarkan hal hal yang
buruk sesuai dengan kaidah dan norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat. Dalam pembahasan
etika normative, seorang ahli memberikan
suatu argumentasi argumentasi yang mengemukakan latar belakang mengapa suatu
perilaku dianggap baik atau buruk sisertai analisis moral yang dianggap benar
dan salah yang bertumpu kepada norma – norma atau prinsip prinsip etis yang
dapat dipertanggungjawabkan baik secara keilmuan maupun empiris. Para hali memberikan
penilaian objektif yang mempertimbangkan seluruh situasi dari individu atau
kelompok masyarakat yang melakukan suatu tindakan didasari acuan – acuan yang
meliputi kondisi fisik, psikologi , pendidikan , budaya dan sebagainya. Nilai
Normatif adalah suatu hal yang preskretif (memerintahkan) , jadi merupakan
suatu hal – hal yang tidak dapat ditawar – tawar lagi karena memberlakukan
suatu kondisi perilaku individu atau kelompok masyarakat disadari oleh suatu
penilaian moral.
Kita
ketahui bahwa etika memberikan pegangan dan orientasi dalam menjalani kehidupan
kita di dunia ini. Artinya suatu tindakan manusia selalu mempunyai suatu tujuan
tertentu yang ingin dicapainya. Artinya ada arah dan sasaran dari tindakan atas
hidup yang dijalankan. Timbul pertanyaan : Apakah bobot moral atau baik
buruknya suatu indakan terletak pada nilai
moral tindakan itu sendiri ataukah terletak pada baik buruk serta besar
kecilnya tujuan yang ingin dicapat itu. Kemudian kita dihadapi denhgan realita
kehidupan yang memberikan kepada kita alternative pilihan untuk menyelamatkan
keadaan , yang bisa menjadi argumentasi moral tentang baik dan buruknya
perbuatan tersebut. Disini kita berhadapan dengan dua teori etika yang dikenal
sebagai etika deontologi dan etika teleology.
Contoh
dari Etika Normatif. ada etika yang bersifat individual seperti kejujuran
,disiplin diri,mengerjakan tugas. Selain itu contoh etika normative adalah
etika dalam berbisnis
ETIKA KHUSUS
Etika
khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan
yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan
dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan,
yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun,
penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan
orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi
oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia
mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar
yang ada dibaliknya.
ETIKA PRIBADI
Menyangkut
kewajiban dan perilaku manusia terhadap diri sendiri untuk mencapai kesucian
kehidupan pribadi, kebersihan hati nurani dan yang berakhlak luhur. Perlu
diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagai anggota umat manusia saling berkaitan.
Contoh etika pribadi seperti seseorang yang berhasil dalam
bidang usaha (wiraswasta) dan menjadi sesseorang yang kaya raya (jutawan). Ia
disibukan dengan usahanya sehingga lupa akan dirinya untuk keperluan hal-hal
yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabuk-mabukan, suka menggangu ketentraman
keluarga, dan orang lain). Dari segi usaha, memang ia berhasil memperkembangkan
usahanya sehingga ia menjadi jutawan, tetapi ia tidak berhasil (gagal) dalam
mengembangkan etika pribadinya.
ETIKA SOSIAL
Mengenai
kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota masyarakat yang berkaitan dengan
nilai sopan santun, tata krama dan saling menghormati. Etika sosial menyangkut
hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan
(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangana
dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap
lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka
etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan
pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
Sikap terhadap sesama
Etika keluarga
Etika profesi
Etika politik
Etika lingkungan
Etika idiologi
Contoh etika sosial seperti seseorang pejabat pemerintah
(negara) dipercaya untuk mengelola keuangan negara. Uang milik negara berasal
dari rakyat dan untuk rakyat. Pejabbat tersebut ternyata melakukan penggelapan
uang negara untuk kepentingan diripribadinya, dan tidak dapat mempertanggung
jawabkan uang yang dipakainya itu kepada pemerintah. Perbuatan pejabat yang
mempergunakan uang rakyat untuk kepentingan diri pribadi tersebut, adalah
perbuatan yang merusak etika social.
d). TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Beberapa alat
pengumpulan data yang lazim dipakai:
- Focus Group
Discussions (FGD)
- Wawancara (Interview)
- Survei
- Kuesioner
- Data Sekunder (hasil riset, sensus, berita media, laporan
resmi, dll)
- Laporan Proyek/Staf
- Review/Assessment workshop/rapat
- Teknik PRA (mapping, matrix,venn diagrams, ranking/scoring
dll)
Pengumpulan dan analisis data biasanya menyebutkan:
- Unit analisis dari
data yang akan dikumpulkan (individu, keluarga, organisasi, komunitas,
klinik-klinik,
dll).
- Kebutuhan
pengelompokan data (berdasarkan gender, kelompok etnik, lokasi).
- Prosedur
pengelompokan sampel dan populasi (random sampling, sampling terarah (memilih
berdasarkan
kehendak kita), rekomendasi dari tokoh masyarakat.
- Teknik-teknik atau
perangkat yang digunakan untuk mengambil data (angket terstruktur,
observasi langsung,
panduan wawancara terstruktur, perangkat untuk mengukur kualitas air,
dll).
- Waktu dan frekuensi
pengumpulan data.
- Bagaimana data akan
dianalisis (metode kuantitatif seperti tabulasi silang atau analisis regresi,
atau metode
kualitatif seperti analisis isi).
Kadang-kadang Lingkup Kerja Evaluasi tidak menyebutkan strategi desain,
juga tidak mencantumkan rencana pengumpulan dan analisis data; tim evaluasi
dipersilahkan memilih sendiri tekniknya. Artinya, Lingkup Kerja Evaluasi tersebut
disusun secara luwes dan menyediakan ruang bagi tim evaluasi untuk
melengkapinya dengan metodologi evaluasi.
Kesimpulan :
Evaluasi adalah menilai dampak dari serangkaian kerja dan tingkat yang sudah dicapai dalam rentang waktu tertentu
Sumber :
UNIVERSITAS GUNADARMA