A. Peran Keluarga Dalam Mewujudkan Kepribadian Anak
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.
Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan
sendirinya memiliki Pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan
perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan
pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.
Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya.
Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak,
jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan
dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Faktor-faktor ini secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa
menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi
masing-masing saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan dan
kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak
dipergunakan maka yang lainnya harus dipertekankan lebih keras.
• Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika
anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang
tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi
masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya
dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam
urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka,
maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang
bagi kesempurnaan kepribadian mereka.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan
pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya
keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi
hak pilih.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di
sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain
ketegasan kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan
permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan
mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian
dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban,
dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak
hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua
orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati
sesamanya.
4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan
terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan
terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan
berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap
dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan
dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin
dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa
keberadaannya bermanfaat dan penting.
5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan
anak). Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak,
mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua
adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta
pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua
harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan
hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua orang tua bukan
sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya maka
anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan
menyiapkan sarana penyelewengan anak.
Hal yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya
teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian,
begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua
orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan
pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka
mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak serta emosional kepada
anak-anaknya, pertama mereka sendiri harus mengamalkannya.
B. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak
Anak adalah titipan Tuhan Yang Maha Kuasa, karena itu nasib dan masa
depan anak-anak adalah tanggung jawab kita semua. Tetapi tanggung jawab
utama terletak pada orang tua masing-masing. Orang tualah yang pertama
berkewajiban memelihara, mendidik, dan membesarkan anak-anaknya agar
menjadi manusia yang berkemampuan dan berguna. Setelah seorang anak
kepribadiannya terbentuk, peran orangtua selanjutnya adalah mengajarkan
nilai-nilai pendidikan kepada anak-anaknya. Pendidikan yang diberikan
oleh orangtua kepada anaknya adalah merupakan pendidikan yang akan
selalu berjalan seiring dengan pembentukan kepribadian anak tersebut.
Proses pendidikan bagi generasi muda mempunyai tiga pilar penting.
Ketiga pilar itu, sekolah, masyarakat dan keluarga. Pengertian keluarga
tersebut nyata dalam peran orang tua. Pola penyelenggaraan pendidikan
nasional mengakibatkan ketiga pilar penting terpisah. Sekolah terpisah
dari masyarakat atau orang tua. Peran orangtua terbatas pada persoalan
dana. Orang tua dan masyarakat belum terlibat dalam proses pendidikan
menyangkut pengambilan keputusan monitoring, pengawasan dan
akuntabilitas. Akibatnya sekolah tidak mempunyai beban untuk
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada orangtua.
Anak merupakan masa depan bagi setiap orangtua. Pada usia balita,
anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tuanya
seringkali pemurung, labil dan tidak percaya diri. Ketika menjelang
usia remaja kadang-kadang mereka mengambil jalan pintas, dan minggat
dari rumah dan menjadi anak jalanan. Kesibukkan orang tua yang
berlebihan, terutama ibu, menyebabkan anak kehilangan perhatian.
Seorang ibu yang berkarir di luar rumah misalnya dan karirnya banyak
menghabiskan waktu, lebih banyak menghadapi masalah kekurangan
interaksi ini. Bisa dibayangkan, bila dalam sehari ibu hanya punya
waktu paling banyak 2 – 3 jam bertemu dengan anak. Anak lebih dekat
dengan pengasuh atau pembantunya. Pada faktanya televisi tidak mampu
menjadi orang tua yang baik, karena acara-acara yang ditayangkan tidak
semuanya baik. Masih ada film anak-anak yang kurang mendidik dan
terkesan merangsang anak melakukan tindakan destruktif yang diputar di
stasiun televisi di Indonesia. televisi tidak begitu baik untuk masa
depan pendidikan anak-anak masa kini. Karena masa depan anak itu
dilihat dari pendidikan yang diberikan orantua sejak dini. Dengan
memberikan pendidikan yang setinggi-tingginya, semua hidup anak-anak
akan berjalan mulus, pendidikan anaklah setir kehidupan. Dan juga
pendidikan masih merupakan investasi yang mahal. Peran orang tua dalam
pendidikan mempunyai peranan besar terhadap masa depan anak. Sehingga
demi mendapatkan pendidikan yang terbaik, maka sebagai orangtua harus
berusaha untuk dapat menyekolahkan anak sampai ke jenjang pendidikan
yang paling tinggi adalah salah satu cara agar anak mampu mandiri
secara finansial nantinya. Sebagai orangtua harus sedini mungkin
merencanakan masa depan anak-anak agar mereka tidak merana. Masa
anak-anak merupakan masa transisi dan kelanjutan dalam menuju tingkat
kematangan sebagai persiapan untuk mencapai keremajaan. Ini berarti
kemajuan perkembangan yang dicapai dalam masa anak-anak merupakan bekal
keberhasilan orang tua dalam mendidiknya. Baik buruknya sikap dan
tingkah laku seseorang di masa anak-anak, sangat banyak ditentukan oleh
pengalaman mereka dalam melihat orang-orang disekitarnya terutama kedua
orangtuanya. Itu semua merupakan bekal pendidikan bagi anak-anak
nantinya.Di sisi lain, anak-anak adalah generasi yang memiliki sejumlah
potensi yang patut dikembangkan dalam kegiatan pendidikan serta
kreatifitas mereka. Anak-anak mempunyai karakteristik antara lain
pertumbuhan fisik yang cepat dan matang. semua potensi anak tersebut
akan bermakna apabila dibina dan dikembangkan secara terarah sehingga
mereka menjadi manusia yang memiliki keberdayaan. Tanpa bimbingan yang
baik semua potensi itu tidak akan memberikan dampak positif, bahkan
bisa terjadi hal yang sebaliknya yaitu menimbulkan berbagai masalah dan
hambatan. Apalagi jika melihat ke depan, tantangan globalisasi makin
besar, maka pembinaan pendidikan terhadap anak pun harus semakin
dikuatkan. Anak-anak harus berorientasi terhadap pandangan hidup yang
bersifat positif dan aktif serta wajib menentukan dirinya sendiri,
mementingkan kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya, berorientasi ke
masa depan dan belajar merencanakan hidup secermat mungkin. Pendidikan
merupakan sesuatu yang perlu mendapatkan prioritas.
Di sinilah tanggung jawab orang tua untuk bisa memilah lembaga
pendidikan yang baik bagi putra-putrinya dan sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya, melalui perencanaan keuangan pendidikan. Saat ini
banyak lembaga keuangan di Indonesia seperti perbankan dan asuransi
yang menawarkan produk berupa tabungan pendidikan dan asuransi
pendidikan. Bisa sejak dari kandungan, buaian, usia balita ataupun di
atasnya, agar anak terbiasa dengan hal-hal yang positif. Di sini peran
orang tua sangat penting dalam memberikan sifat-sifat apektif pada anak
dan tidak semata kognitif saja.
Senin, 31 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
mantep dah..
Posting Komentar